Di
Bawean, "noko" adalah sebuah pulau kecil yang terletak kurang lebih
empat kilometer arah tenggara Pulau Bawean. Kalau berdiri di pantai
timur Bawean akan tampaklah pulau kecil yang luas permukaannya hanya
sekitar 5 ribu meter persegi. Struktur tanahnya terdiri atas gugusan
pasir yang semuanya berwarna putih. Jadi Pulau Noko ini seakan lapangan
yang terbuat dari pasir putih yang berada ditengah-tengah laut.
Ada
dongeng menarik tentang asal muasal terjadinya Pulau Noko ini. Sekitar
400 tahun yang lalu di Nusantara ini terjadi angin besar. Hampir semua
pulau di Indonesia diterpa angin besar tersebut. Lantaran angin dahsyat
itu banyak rumah penduduk roboh, pohon-pohon besar juga bertumbangan.
Kapal, perahu, dan sampan banyak juga yang hanyut karena putus tali
penambatnya karena gelombang dan arus yang kuat.
Dalam
ilmu alam, angin yang terjadi ketika itu termasuk jenis angin siklon.
Yakni angin ribut yang berputar dan bergerak dengan keras mengelilingi
suatu pusat. Tempat yang menjadi pusat angin siklon waktu itu ada
disekitar Pulau Bawean.
Ketika
angin telah reda, banyaklah kapal dan perahu besar-kecil serta
sampan-sampan terdampar di pantai Pulau Bawean yang jenisnya sangat
beraneka ragam. Ada jenis perahu bugis, Sulawesi, Sumatera, Banyuwangi,
sampan Madura dan masih banyak lainnya.
Pusat
dari segala pusat angin siklon di atas tersebut terjadi di Pulau Noko.
Sehingga Pulau Noko yang sebelum terjadi angin siklon itu hanya berupa
tumpukan karang laut biasa setelah angin siklon telah reda, tumpukan
karang-karang tersebut tertutup pasir yang semuanya berwarna putih yang
berasal dari pasir-pasir yang dihempaskan oleh gelombang-gelombang besar
dan arus kuat, maka jadilah Pulau Noko yang ada sampai sekarang ini,
sebab itu sampai sekarang tidak ada seorangpun yang bisa mengartikan
"Noko".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar